Nasional

Muhammadiyah Sebut Korupsi dan Oligarki Jadi Paradoks Kemerdekaan Indonesia

Tuesday, 19 August 2025 14:06 WIB
Bendera Pusaka. (Foto: iStockphoto/uskrap)

Radarsuara.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam Pidato Kebangsaan 80 Tahun Indonesia Merdeka menyampaikan refleksi kritis mengenai perjalanan bangsa.

Haedar menegaskan, meskipun Indonesia telah meraih banyak kemajuan, tantangan serius seperti penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan dominasi oligarki masih menjadi ancaman besar.

“Ketika terjadi berbagai penyalahgunaan dalam praktik berbangsa dan bernegara, justru 80 tahun Indonesia merdeka menghadirkan paradoks luar biasa,” tegas Haedar, dikutip Selasa, 19 Agustus 2025.

Ia juga menyoroti praktik penghamburan uang negara, kesenjangan sosial, serta pemberian konsesi sumber daya alam kepada pihak asing yang merugikan kepentingan bangsa. Menurutnya, hal itu hanya memperburuk “ironi pahit kemerdekaan.”

Haedar mengingatkan, sejarah perjuangan rakyat melawan penjajahan penuh dengan pengorbanan.

Karena itu, mandat rakyat dan konstitusi harus dijalankan sebagai titipan, bukan dimiliki atau disalahgunakan oleh elite.

“Bagi seluruh elite yang memiliki akses kekuasaan politik, tunaikan mandat konstitusi dengan penuh bakti demi Ibu Pertiwi. Mandat rakyat itu hanyalah titipan, bukan kekuasaan untuk dimiliki,” pesannya.

Pidato tersebut ditutup dengan ajakan agar Indonesia benar-benar mewujudkan cita-cita sebagai negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, bukan sekadar simbol, melainkan kenyataan hidup rakyatnya.

Editor: Mahipal

Komentar

You must login to comment...