Pertanian dan Peternakan

Kementan Dorong Penyuluh Pertanian Dukung Sekolah Lapang Iklim BMKG

Sunday, 12 October 2025 14:04 WIB
Kementan Dorong Penyuluh Pertanian Dukung Sekolah Lapang Iklim BMKG (Foto: Dok. Kementan)

Radarsuara.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus memperkuat sinergi lintas sektor dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Sebagai upaya memperkuat kapasitas penyuluh pertanian dalam mendukung ketahanan pangan nasional berbasis data iklim, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) melalui Pusat Penyuluhan Pertanian menggelar program rutin Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 33 pada Jumat (10/10/2025) dengan tema “Implementasi Kebijakan Peran Penyuluhan dalam Mendukung Kegiatan Sekolah Lapang Iklim BMKG”.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan pentingnya peran penyuluh dalam menghadapi dampak perubahan iklim guna memperkuat upaya adaptasi di lapangan serta memastikan keberlanjutan produksi pangan nasional.
 
Kepala Badan PPSDMP Idha Widi Arsanti menambahkan bahwa inovasi dan pemanfaatan teknologi sangat diperlukan dalam mendukung program utama Kementan, khususnya dalam menghadapi potensi darurat pangan.

“Dengan didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi, saya yakin target utama Kementan dalam meningkatkan produksi sekaligus mengantisipasi darurat pangan akan tercapai”, ujar Kabadan Santi.

Sementara, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, I Gst. Made Ngr. Kuswadana memberikan dorongan kepada Penyuluh Pertanian untuk melakukan penyesuaian waktu tanam, pemilihan varietas tahan kekeringan atau genangan, dan sistem tanam yang adaptif. 

"Penyuluh pertanian memiliki peran strategis dalam menyampaikan informasi cuaca dan iklim kepada petani secara cepat dan akurat, ucap Made.

Kegiatan MSPP dilaksanakan secara daring melalui zoom meeting yang dihadiri lebih dari 1.000 peserta dan menghadirkan narasumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yakni  selaku Direktur Layanan Iklim Terapan, Marjuki yang menyampaikan kondisi iklim global dan nasional terkini yang menunjukan adanya kenaikan suhu rata-rata dunia hingga 1,5° C pada tahun 2024. Angka ini sudah melampaui batas aman yang disepakati para ahli, dan kini mulai terasa dampaknya dalam bentuk cuaca yang semakin ekstrem. 

Perubahan iklim tersebut memberi pengaruh besar terhadap sektor pertanian, terutama pada produktifitas tanaman pangan seperti padi dan jagung, serta ketersediaan sumber daya air di berbagai wilayah. Situasi ini menjadi tantangan nyata bagi petani dan penyuluh untuk terus beradaptasi agar produksi pangan tetap terjaga, jelas Marjuki.

Menanggapi tantangan tersebut, BMKG menyiapkan berbagai program strategis seperti Sekolah Lapang Iklim (SLI), sistem peringatan dini kekeringan meteorologis, serta penyediaan peta neraca air lahan dan prediksi curah hujan musiman.

Seluruh informasi ini bisa diakses dengan mudah melalui aplikasi Info BMKG dan diharapkan dapat menjadi referensi penting bagi penyuluh dan pemerintah daerah dalam menentukan waktu tanam maupun strategi pengelolaan air.

Marjuki menekankan pentingnya peran penyuluh sebagai jembatan informasi antara data iklim dan petani. Dengan memahami informasi cuaca dan iklim, penyuluh diharapkan mampu membantu petani menyesuaikan pola tanam, mengantisipasi risiko kekeringan, serta meningkatkan produktivitas pertanian di tengah perubahan iklim yang dinamis, tegasnya.

Sebagai tindak lanjut, kedua lembaga sepakat untuk menyusun rencana kerja bersama guna memperluas pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim di berbagai wilayah, memperkuat sinergi antar instansi, dan memastikan petani mendapat akses informasi iklim yang lebih cepat, akurat, dan mudah dipahami. (HK/NF)

 (*/Adv) 

Komentar

You must login to comment...