Budidaya Anggur Duyu Tumbuh Pesat, Kementan Dukung Inovasi Petani Palu (Foto: Dok. Kementan)
Radarsuara.com - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) kembali menggulirkan kegiatan Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) edisi ke-37 pada Selasa (28/10/2025).
Edisi kali ini mengangkat tema “Peluang Emas Budidaya Anggur Duyu Kota Palu”, membahas potensi besar komoditas hortikultura yang tengah menarik perhatian di Sulawesi Tengah.
Forum daring ini menjadi ajang berbagi pengetahuan antara penyuluh, petani muda, dan pelaku agribisnis untuk menggali prospek pengembangan anggur lokal yang tumbuh subur di kawasan Duyu, Kota Palu.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan apresiasi terhadap semangat kelompok tani Duyu Bangkit, yang kini telah berhasil memproduksi anggur secara mandiri. Menurutnya, langkah petani di Palu menjadi contoh nyata kebangkitan pertanian hortikultura di daerah tropis.
“Indonesia setiap tahun mengimpor anggur hingga Rp7 triliun. Bila petani mampu mengoptimalkan potensi lokal, kita bisa menekan angka itu,” ujar Amran.
Ia menambahkan, inovasi dan penerapan teknologi smart farming dapat memangkas waktu balik modal (break-even point) dari tiga tahun menjadi hanya satu tahun.
Kepala BPPSDMP Idha Widi Arsanti turut menegaskan, penguatan inovasi menjadi kunci agar buah tropis Indonesia mampu bersaing di pasar global.
“Negara tropis seperti Indonesia memiliki potensi besar menghasilkan buah berkualitas tinggi. Namun, potensi itu harus ditopang dengan peningkatan produktivitas dan kualitas melalui pendekatan inovatif,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian I Gusti Made Ngurah Kuswandana menyoroti pentingnya peran penyuluh dalam rantai hilirisasi pertanian.
“Penyuluh kini bukan sekadar pendamping di lahan. Mereka juga berperan mendorong petani memahami nilai tambah produk agar hasil panen lebih kompetitif,” jelasnya.
Narasumber Ngobras, praktisi budidaya anggur Deli Delviana, memaparkan bahwa kualitas panen sangat ditentukan oleh suhu dan kelembapan udara.
“Kelembapan di atas 70 persen bisa memicu hama dan penyakit. Karena itu, adaptasi varietas terhadap lingkungan setempat menjadi faktor penting,” kata Deli.
Dari 12 varietas anggur yang diuji, baik lokal maupun impor, diperlukan uji adaptasi sebelum dikembangkan secara luas. Varietas tahan panas dan kekeringan menjadi pilihan utama untuk wilayah dengan suhu tinggi seperti Palu.
Lebih lanjut, Deli menekankan pentingnya kolaborasi antarpetani dan pemanfaatan sumber daya lokal sebagai strategi pertanian berkelanjutan.
“Gotong royong, penggunaan pupuk organik, serta optimalisasi lahan pekarangan bisa menjadi kekuatan sosial yang menumbuhkan kemandirian desa,” ujarnya.
Sebagai rekomendasi, peserta Ngobras mendorong penggunaan teknologi greenhouse untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembapan. Teknologi ini diyakini mampu membuat tanaman anggur lebih sehat, produktif, dan berbuah sepanjang musim.(*/Adv)
Komentar
You must login to comment...Be the first comment...
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
1134/DP-Verifikasi/K/X/2023